Berawal pada 3 Juni 2011, pada sebuah ruangan kelas di dalam suatu sekolah, dimana saat itu juga bertepatan pada Ulangan Akhir Semester, aku pun kembali terdiam mengingat masa-masa itu dengan penuh tanda tanya akan kisah 2 anak manusia. Dinding, papan tulis, meja & kursi belajar itu kini menjadi saksi bisu antara diriku & dirimu.
Bersandar pada bantal dan guling lucuku, ku tertawa sendiri dengan penuh perasaan bahagia, akan tingkah lucu kita (kamu & aku) yang semakin mewarnai mahligai cinta ini. Ingin ku bercerita tentang kita, tentang saat-saat lucu itu, pada sandaran bahu tegakmu. Tertawa bersama, dalam dekap indahnya drama cinta yang kau tanam pada kisah ini.
Saat pertama kali ku melihatmu, kau hadir bagai sosok yang sangat langka bagiku. Wajahmu yang manis ala Justin Bieber itu, semakin membuat hati ini penasaran untuk mengenal sosok dirimu lebih jauh. Sifat pendiammu yang anggun, semakin membuat geli hatiku. Dan jika aku di beri kesempatan untuk bicara padamu, ingin diri ini melantunkan sebuah puisi cinta untukmu dari ku gadismu harapku. Kini dunia pun sontak berubah bak bercuaca meriah, berawan bahagia & berudara ceria. Karena sosok dirimu, cinta.
Senyum tampanmu, semakin meluluhkan hati beku ku akan dirimu.
Jatuh cinta padamu, semakin meyakinkan ku tuk memilihmu.
Menyayangimu, semakin menakutkan ku tuk menerima kenyataan diriku di tinggal pergi oleh dirimu.
Rasa takut itu pun sempat menghinggap pada diriku tuk enggan kembali melangkah, memulai lagi cerita baru, kisah baru & drama baru tuk mencintai seorang kumbang yang mencoba berenang ke dasar lautan hanya tuk menemukan Sang mutiara cantik nan menawan.
Perasaan... alasan utama ketakutan itu muncul jauh di dalam lubuk hati yang terpendam. Berulang kali hati ini harus menerima kenyataan pahit hanya karena perasaan yang luka. Sering kali jiwa ini kehilangan arah & tujuan hanya karena perasaan yang berikat rantai merana bagai neraka. Dan terus-meneruslah siklus itu berlangsung & berakhir pada kekecewaan, tergores pilu bak terhunus sebuah samurai bermata tajam.
Tepat pada 12 Oktober 2011, kau mengirimku sebuah pesan singkat yang berisi “Aku Sayang Kamu.” Sontak aku terkejut dengan posisi masih duduk tepat berada di atas motor dengan suasana baru pulang sekolah dalam keadaan tas masih dalam gendongan. Sore itu berubah menjadi penuh kejutan. Karena tepat pada hari itu, kau mengungkapkan kata-kata yang sudah lama ku dambakan. Cuaca hati yang penuh dengan ledakan kebingungan pun sempat mewarnai perasaan ini sebagai suatu kesempurnaan. Dengan lugas pun ku menjawab “Saat ini tyas mohon sama abang untuk beri tyas waktu dulu”. Tiba-tiba, perasaanku pun dikejutkan dengan teriakan & lontaran sejumlah pertanyaan dari otakku, “Kenapa kau melakukan hal itu? Apakah kau bodoh? Sungguh..!!!! Aku heran dengan tingkah kau ini!!! Apa yang telah terjadi hingga kau berkata demikian!!!!!”.
Dengan singkat perasaan ini menjawab, “Aku tak ingin terlalu cepat mengambil keputusan”. Dengan raut penuh heran, otak pun singkat kembali menjawab “Terserahlah!!!”.
Tepat pada sorenya 14 Oktober 2011. Dalam ketenangan & kesunyian lelapnya tidur, tiba-tiba hp-ku berdering, tangan ku pun mulai meraba dan kemudian membaca pesan singkat itu. “Aku Cayang Nuyul”, singkat namun sangat menyiris hati. Sedih & duka, mulai terlukis pada raut wajah gadis lugu itu dengan keadaan lusuh di petang itu. Hampa, satu kata yang kala itu terekam dalam mekanisme otakku. Dalam renungan panjang, 1 jam 40 menit pun tlah berlalu, ku coba memberanikan diri tuk kembali mengiriminya sebuah pesan singkat yang berisi, “Abang benar-benar sayang ma nurul atau siapa gitu? Iyakah?”. 3 menit kemudian, ku kembali mendapat pesan singkat darimu, “Ndak ada, tadi hp tuh lagi di bajak ma kawan”. Hati nurani ini pun kembali berdebat akan keraguan yang memulai memuncak, kemudian tuk selanjutnya ku kirim lagi sebuah pesan singkat pada dirinya dengan nada ragu, “Ah.. yang bener??”. Wajah penuh gelisah pun tergambar pada sosok gadis itu, berharap bahwa dia hanya mencintai & menyayangi kepada sosok bidadari Tuhan itu. Kembali hp itu pun bergetar dengan nada yang cukup lantang & serius, “Benaran.. Sumpah tyas” isi pesan itu tertulis. Ku coba menghela nafas sejenak, akan stres yang kala itu hampir meledak.
Mulai dari insiden itulah, hati nuraniku penuh yakin dan hanya mampu berkata, “Aku menyayangimu! Ku tak ingin melepaskanmu! Ku tiada daya tuk hidup tanpamu! Karena bahagiaku hanya ada pada dirimu, cinta! Ku mohon jangan tinggalkanku! Dan Ku mohon jangan kau sakiti aku! Aku hanya mencintaimu, pangeranku! Maafkan diriku, jika tulisan ini tak ada satupun yang berkenan di hatimu & mungkin hanya membuatmu malu akan mereka yang mungkin menertawaimu. Tapi inilah jeritan hatiku,cinta. Yang hanya mampu berteriak dalam goresan tinta emas cantik itu. Kuharap... Tuhan mengerti maksud hati ini, akan sebuah kisah kasih anak cucu Adam & Hawa ini pada sebuah permohonan abadi”.
MY PRINCE, MY JUSTIN BIEBER......
0 komentar:
Posting Komentar